Terang Dunia

“Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
- Matius 4:14-16

“Be as you were born to be!”. Demikianlah pesan Lord Elrond sewaktu menyerahkan pedang Anduril kepada Aragorn, pewaris tahta Kerajaan Gondor, dalam The Lord of the Rings: The Return of the King. Sebagai putra mahkota, tujuan hidupnya telah digariskan. Aragorn lahir untuk menjadi raja. Pilihannya tidak banyak dan ia memutuskan untuk menjadi sebagaimana ia dilahirkan. Pedang itu diterimanya dan dengan gagah berani ia maju berperang.

Tuhan mengatakan bahwa kita adalah terang dunia. Dia tidak mengatakan bahwa kita akan menjadi terang dunia atau seharusnya menjadi terang dunia. Tuhan juga tidak memerintahkan kita untuk menjadi terang dunia. Dia berbicara tentang siapa kita. Berbeda dengan garam yang bersifat low profile, mempengaruhi dengan cara melarutkan diri tanpa terlihat, panggilan sebagai terang adalah panggilan yang high profile. Inilah panggilan untuk membawa perubahan yang nyata dan tidak ditutup-tutupi. Tuhan mengumpamakan terang sebagai kota di atas bukit yang terlihat oleh semua orang, bahkan dari jarak yang sangat jauh. Tempat yang demikian umumnya menjadi penunjuk arah bagi mereka yang tersesat. Saya percaya sudah saatnya gereja bukan hanya menjadi garam, yang walaupun terasa manfaatnya, namun tidak terlihat. Inilah waktunya gereja tampil menjadi landmark yang menjadi petunjuk arah kehidupan bagi semua orang.

Siapa kita menentukan apa yang kita lakukan. Jika terang mengeluarkan cahaya, maka kita menyatakannya dengan perbuatan baik kita. Saat Tuhan berkata kita adalah terang dunia, Ia sedang mengatakan bahwa kita harus berani menyatakan siapa diri kita dan apa yang bisa kita lakukan. Mari kita keluar dari persembunyian dan biar terang itu bercahaya melalui perbuatan-perbuatan baik kita sehingga orang-orang akan memuliakan Bapa kita yang di sorga.

Inilah alasan mengapa kita melakukan misi. Kita tahu siapa kita dan melakukan apa yang menjadi tanggung jawab kita. Secara khusus Tuhan memanggil keluarga rohani dimana saya berjemaat untuk melakukan perbuatan baik kepada bangsa ini melalui pendidikan. Jika ada yang melihat masa depan bangsa ini suram, maka kami melihat sebaliknya. Yang kemarin sudah tidak dapat diperbaiki. Hari ini adalah produk masa lalu. Namun sekarang kita bisa bekerja keras untuk kepentingan hari depan dengan mendidik generasi penerus bangsa. Biarlah apa yang kita lakukan menjadi seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari (Amsal 4:18). Be as you were born to be!

Note: Tulisan ini juga ada di Buletin Misi MSI Surabaya

Comments